Perjuangan Hebat Anak-Anak Kaki Gunung Mencari Secercah Asa

Foto: Pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda 02. (Dok. Berbuat Baik)

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda 02 berdiri pada tahun 2008 di Kampung Gunung Leutik, Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Bogor, Jawa Barat. Mulai beroperasi tahun 2009 di tengah keterbatasan yang luar biasa. Tanpa listrik hingga tahun 20212 dan tanpa gedung yang layak selama empat tahun pertama, bahkan hanya belajar di halaman rumah beralaskan tikar.

Di tahun kelima, sekolah ini akhirnya memiliki satu ruangan yang disekat sekat dan terbagi dalam tiga ruangan dengan hanya delapan bangku untuk 48 siswa. Hingga saat ini MI Nurul Huda 02 adalah satu-satunya Sekolah Dasar di daerah tersebut.

Menurut pengakuan Adi, sejak awal berdiri MI Nurul Huda 02 tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah. Latar belakang sebagian besar orang tua siswa adalah buruh, petani bahkan para pelajar juga banyak yang merupakan anak yatim.

Untuk membeli seragam siswa, Wahyu Adi Priallira selaku pendiri sekolah, harus mencari seragam layak pakai ke Jakarta sembari membawa foto anak-anak dengan memutari rumah-rumah. Semua dilakukan lantaran keadaan ekonomi keluarga siswa yang memprihatinkan dan sekolah memutuskan untuk tidak memungut biaya sama sekali.

Adi dan para guru di MI Nurul Huda 02 dengan ikhlas gotong royong membeli alat tulis menggunakan gaji honorer mereka yang sangat minim.

“Dalam sebulan hanya bisa membeli 3 sampai 4 spidol, itu juga dipake ganti-gantian mba, tapi nggak apa-apa demi anak-anak belajarnya jadi paham,” Ujar Adi kepada tim berbuatbaik.id

Bangku dan meja yang digunakan di sekolah ini sebagian besar merupakan hasil perbaikan dari bangku dan meja bekas dari sekolah lain, dari 40 bangku bekas dan rusak, sebanyak 12 di antaranya berhasil diperbaiki dan bisa digunakan kembali.

Prasarana sekolah yang sangat minim membuat siswa harus berebut tempat duduk atau menulis di lantai. Selain itu, banyak bangku dan meja yang terdapat paku di dalamnya dan sudah mulai goyang. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat belajar anak-anak, begitu pun buku-buku pelajaran juga sebagian besar berasal dari sumbangan sekolah lain.

MI Nurul Huda tidak hanya fokus pada pendidikan formal, tetapi juga memberikan pendidikan kesenian budaya. Mereka bahkan pernah memenangkan lomba kesenian di tingkat kota dan provinsi. Ada kejadian lucu sekaligus mengharukan ketika anak-anak dibawa ke Jakarta untuk mengikuti lomba, mereka sangat senang melihat gedung-gedung tinggi.

“Ada satu anak yang minta saya cubit ketika ia melihat gedung-gedung dari jendela bis, saya tanya untuk apa? ia jawab untuk buktiin kalau benar-benar melihat gedung seperti di TV” cerita Adi.

Momen seperti ini membuat Adi merasa perjuangannya tidak sia-sia, dan ketika ia mulai merasa lelah Pak Adi teringat semangat anak-anak untuk sekolah yang luar biasa “Masa saya tega untuk ninggalin anak-anak,” ujarnya.

Dengan segala keterbatasan tersebut, Adi dan para guru tetap berjuang demi masa depan anak-anak. Mereka berharap anak-anak dapat meraih mimpi dan memberikan perubahan positif bagi daerah mereka.

Sekolah MI Nurul Huda adalah bukti nyata keteguhan dan semangat yang luar biasa dari para guru dan siswa di tengah keterbatasan. Meski menghadapi berbagai tantangan, mereka tetap berjuang demi pendidikan yang layak dan masa depan yang lebih baik. Perjuangan Pak Adi dan para guru adalah inspirasi bagi kita semua untuk tidak menyerah dalam kondisi apapun. “Kami berjuang untuk membangun sekolah ini, dan kami akan terus bertahan meskipun banyak tantangan,” ucap Adi

Mari kita dukung MI Nurul Huda 02 untuk meringankan beban mereka dengan mulai Donasi untuk mereka. Kebaikan kamu sangat berarti untuk menyediakan fasilitas yang lebih memadai dan harapan baru bagi anak-anak. Donasi di berbuatbaik.id, 100% tersalurkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*