PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini tengah melakukan review seluruh proses di smelter yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Hal tersebut menyusul insiden kebakaran di area kerja smelter yang terjadi pada Senin (14/10/2024).
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah mereview kembali seluruh proses agar insiden kebakaran di area kerja smelter tidak terulang kembali dan melakukan investigasi.
“Kami sangat menyesali kejadian tersebut, saat ini kami mereview kembali seluruh proses agar tidak terulang lagi di seluruh area kerja smelter,” kata Tony, dikutip Rabu (16/10/2024).
Tony mengungkapkan bahwa kobaran api saat ini telah berhasil dipadamkan sepenuhnya pada Senin malam. Adapun insiden kebakaran sendiri terjadi di fasilitas gas cleaning plant.
Menurut dia, gas cleaning plant merupakan sebuah unit yang berfungsi membersihkan gas CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran konsentrat yang kemudian dapat dikonversi menjadi asam sulfat. Produk ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk industri pupuk, pabrik HPAL nikel, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Tony membeberkan bahwa PTFI sejatinya telah memulai proses commissioning pada awal 2024 dan menjalani serangkaian uji coba sejak Juni hingga September. Namun memang apa yang terjadi pada Senin tersebut merupakan suatu musibah.
“Pada awal 2024 kami telah melakukan tahapan commissioning menjalankan beberapa kali tahapan pengujian dan melewati tahapan trial and error sejak bulan Juni dengan September lalu. Namun memang apa yang terjadi ini adalah suatu musibah,” ujar Tony.
Seperti diketahui, peresmian produksi katoda tembaga perdana dari smelter kedua PTFI ini baru dilakukan pada Senin (23/09/2024) yang turut disaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Adapun prosesi penyalaan mesin perdana smelter tembaga kedua PTFI ini telah dilakukan pada Kamis, 27 Juni 2024 lalu.
Smelter di JIIPE Gresik ini digadang sebagai smelter tembaga single line terbesar di dunia, dengan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun.
Bersama dengan smelter pertama yang dikelola PT Smelting, kedua fasilitas ini akan memurnikan total 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun, dan menghasilkan 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahunnya.
Mulai bulan depan perusahaan berencana mulai memproduksikan emas dari fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) yang juga bagian dari smelter “raksasa” ini. Sekitar 50-60 ton emas akan dihasilkan dari pabrik emas tersebut.
Nilai investasi kumulatif untuk proyek yang menempati lahan 104 hektar ini mencapai US$ 3,7 miliar atau setara Rp 58 triliun.